LINTAS BIINMAFFO,- Parade tenun yang digelar Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) menjadi momentum bersejarah dalam perayaan Hari Ulang Tahun ke-66 Nusa Tenggara Timur (NTT).
Di tengah kemeriahan acara yang dihadiri berbagai elemen masyarakat, Bupati TTU, Drs. Juandi David, secara resmi menyerahkan sertifikat Indikasi Geografis (IG) untuk tenun buna kepada Ketua Dekranasda TTU, Dra. Elvira Bertha Maria Ogom.
Sertifikat IG ini diberikan oleh Kementerian Hukum dan HAM RI sebagai pengakuan terhadap keaslian dan keunikan tenun buna, produk unggulan dari Insana, TTU. Penghargaan ini sekaligus menegaskan posisi tenun buna sebagai salah satu warisan budaya yang memiliki nilai estetika, kualitas, dan karakteristik yang kuat.
Bupati menekankan pentingnya menjaga kualitas tenun buna agar tetap menjadi kebanggaan masyarakat TTU. “Ini adalah capaian luar biasa yang perlu kita pertahankan. Tenun buna tidak hanya menjadi simbol budaya, tetapi juga potensi ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.
Di halaman Kantor Bupati TTU, acara ini diikuti oleh Aparatur Sipil Negara, instansi vertikal, organisasi wanita, BUMN, dan BUMD. Semua peserta mengenakan pakaian dengan motif tenun futus, sotis dan buna sebagai wujud cinta dan kebanggaan terhadap budaya lokal.
“Parade ini tidak hanya sekadar perayaan, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap para penenun yang telah menjaga tradisi ini. Kami ingin seluruh masyarakat, dari Sabang hingga Merauke, mengenal dan menghargai keindahan tenun NTT,” tutur Bupati.
Ketua Dekranasda TTU, Dra. Elvira Bertha Maria Ogom, mengungkapkan kebanggaannya atas pencapaian ini. Perjuangan mendapatkan IG untuk tenun buna dimulai sejak tahun 2021 dan membutuhkan waktu hingga tiga tahun untuk akhirnya diakui secara resmi.
“Ini adalah hasil kerja keras bersama. Kami ingin memastikan bahwa tenun buna memiliki legalitas sehingga tidak dijiplak atau diklaim oleh pihak lain. Dengan adanya IG, kita bisa lebih percaya diri mempertahankan warisan ini,” ujarnya. Tenun buna, dengan motif-motif khas yang sarat makna, menjadi simbol identitas budaya masyarakat Insana.
Elvira menambahkan bahwa perjuangan ini tidak hanya untuk melindungi hak cipta, tetapi juga untuk memotivasi para penenun lokal agar terus melestarikan keindahan tradisi ini. Dengan pengakuan IG untuk tenun buna, Dekranasda TTU berharap dapat melanjutkan perjuangan untuk memperoleh legalitas serupa bagi motif sotis dan futus.
“Kami akan terus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan semua warisan budaya kita memiliki perlindungan hukum,” kata Elvira.Acara ini menjadi bukti nyata bahwa tenun bukan hanya sebuah kain, tetapi juga identitas, cerita, dan kebanggaan.
Pengakuan IG untuk tenun buna membuka jalan bagi produk tenun TTU untuk bersaing di pasar global, sekaligus memperkuat posisi NTT sebagai salah satu pusat kebudayaan di Indonesia. “Dengan semangat kebersamaan, masyarakat TTU siap melangkah ke depan, membawa tenun buna ke panggung dunia tanpa melupakan akar tradisi yang menjadi fondasi dari semua ini,” tambahnya.
Angela Olivia Neonbeni, salah satu instruktur tenun buna, turut merasakan kebahagiaan yang mendalam atas pengakuan ini. “Kami sangat bangga. Ini membuat kami semakin semangat untuk melestarikan tenun buna agar generasi penerus bisa terus menghargai warisan budaya ini,” katanya.
Penulis : Lius Salu
Editor : Kristo Ukat