KEFAMENANU NEWS,– Pesta Paduan Suara Gerejani (PESPARANI) Tingkat Kabupaten TTU secara resmi dibuka oleh Bupati Yosep Falentinus Dellasale Kebo, di Aula Laat Manekat, Noemeto, Kamis (24/7/2025).
Bupati Falent Kebo menegaskan bahwa Pesparani bukan sekadar kompetisi, melainkan merupakan ziarah imani dan musikalitas yang memperkuat kehidupan rohani masyarakat TTU.
Dengan tema “Dengan Pesparani Kita Bersiarah Dalam Pengharapan Melalui Kata dan Melodi”, kegiatan ini mengajak semua peserta dan masyarakat untuk menjadikan setiap nada dan ayat liturgis sebagai sarana penguatan rohani dan embangkitan harapan.
Dalam sambutannya, Bupati menyampaikan apresiasi tinggi kepada, panitia yang menyelenggarakan acara, dewan juri, yang menilai secara adil dan tajam, peserta lintas usia, dari anak-anak hingga dewasa, yang berlatih penuh dedikasi dan cinta.
“Atas nama pemerintah dan masyarakat Kabupaten TTU, saya memberikan penghargaan setinggi‑tingginya kepada panitia pelaksana yang telah bekerja keras dengan sepenuh hati, kepada para dewan juri yang akan menilai dengan keadilan dan ketajaman batin, serta kepada seluruh peserta dari pelbagai usia yang telah mempersiapkan diri dengan dedikasi dan cinta,” ujarnya.
Bupati TTU ini menekankan bahwa melalui musik rohani, anak-anak menumbuhkan benih iman, remaja dan OMK (Orang Muda Katolik) menghidupkan semangat dan pencarian makna, orang dewasa memperdengarkan kebijaksanaan hidup.
“Ketika anak-anak menyanyikan Mazmur, kita melihat benih iman tumbuh dalam ketulusan; ketika remaja dan OMK menyanyikannya, kita menyaksikan nyala semangat dan pencarian makna; dan ketika orang dewasa melantunkannya, kita mendengar gema pengalaman dan kebijaksanaan hidup,”katanya.
Ia mengatakan, Pesparani tidak hanya memperindah suara, tapi juga mendisiplinkan karakter, membangkitkan kerja sama, dan menumbuhkan kompetisi sehat sebagai pondasi pembangunan karakter masyarakat.
Pemerintah Kabupaten TTU memandang kegiatan ini sebagai bagian integral dari pembangunan daerah yang tidak hanya berfokus pada fasilitas fisik seperti jalan dan jembatan, tapi juga membangun jiwa, nilai moral, dan warisan spiritual umat.
Di tengah tantangan global berupa konflik dan disinformasi, Bupati mengajak masyarakat menjadikan Pesparani sumber harmoni dan pengharapan, sebagai tonggak keberagaman dan persatuan melalui iman dan doa.

“Di tengah dunia yang makin bising oleh konflik dan informasi palsu, mari kita jadikan PESPARANI sebagai suara pengharapan, sebagai saksi bahwa harmoni itu ada di dalam iman yang dinyanyikan,”pintanya.
Pesparani 2025 bukan sekadar panggung musikal rohani, melainkan mendekatkan peserta kepada Tuhan lewat nyanyian Mazmur, membangun kekompakan dan nilai kerjasama, disiplin, dedikasi, dan kompetisi sehat, meredam konflik dan disinformasi lewat harmoni rohani.
Bupati mengajak warga TTU untuk mengekspresikan semangat Pesparani dalam kehidupan sehari-hari melalui tindakan nyata memperkuat kasih, menjaga lingkungan, serta memperjuangkan keadilan sosial.
“Jadikan panggung ini sebagai altar pelayanan melalui talenta yang telah Tuhan percayakan. Menang atau kalah bukanlah tujuan utama. Yang utama adalah memuliakan Tuhan dan menjadi saksi kasih di tengah dunia,“pungkasnya.
Ia menutup sambutan dengan harapan agar alunan pujian dari “Tanah Salu Miomafo, Kuluan Maubes” menggema sebagai doa dan pengikat iman.
Pesparani 2025 di TTU bukan sekadar lomba musik religi, tetapi sebuah gerakan rohani dan budaya yang sinergis, menyatukan seluruh lapisan masyarakat untuk membangun karakter, memperkuat iman, serta merayakan harmoni dan harapan bersama.
Penulis  : Lius Salu 
Editor    : Kristo Ukat 
 
				
 
		 
		 
		