LINTAS-BIINMAFFO,- Wakil Bupati TTU, Drs. Eusabius Binsasi menegaskan kepada seluruh stakeholder yang ada di Kabupaten TTU untuk bekerja keras bersama menurunkan angka sunting. Pasalnya, angka stunting di Kabupaten TTU hingga bulan timbang per Agustus 2023 berada pada posisi 22,61 persen.
Hal tersebut ditekankan Wakil Bupati pasangan Bupati TTU, Drs. Juandi David ini saat membawa materi dalam kegiatan rapat koordinasi (Rakor) percepatan penurunan stunting di aula gereja St. Theresia Kefamenanu, Senin (18/12/2023). Kegiatan melibatkan semua OPD serta para camat dan tim TPPS Kecamatan, puskesmas dan desa lingkup pemda TTU yang masuk dalam tim TPPS tingkat Kabupaten TTU.
Menurut ketua TPPS tingkat Kabupaten TTU ini, angka stunting dari sebelumnya 23,4 persen turun menjadi 22,61 persen pet bulan timbang pada Agustus 2023 lalu. Meski demikian, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten TTU terus melakukan berbagai upaya pembenahan dan evaluasi demi menekan angka stunting di tahun berikutnya, demi menyambut Indonesia Emas 2024.
“Ada Penurunan angka stunting tapi hasil akhir belum terlalu bagus. Masih banyak anak yg lahir jadi harus timbang lagi,” ujar Wabup Eusabius Binsasi sembari mengatakan bahwa akhir-akhir ini banyak pesta nikah berlangsung. Karena itu, peluang ada angka kelahiran baru akan banyak.
Dikatakan, banyak upaya yang telah dibuat oleh pemerintah daerah, diantaranya menggerakkan para kepala dinas, camat hingga kepada desa dan berbagai pihak untuk melakukan pemberian PMT. Namun, upaya tersebut terbilang belum maksimal. “TTU masih urutan kedua di NTT untuk angka stunting setelah Sumba Barat Daya,” jelasnya.
“Tidak hanya PMT namun harus ada penelitian lebih lanjut. Masalah stunting ini juga masalah budaya, pendidikan, ekonomi, gizi, perilaku, kesehatan dan lainya. Bukan hanya PMT saja. Ada yang tidak makan ikan, telur dan ayam. Karena itu harus ada penelitian untuk menggantikan ayam dan kelor,” ujarnya.
Mantan Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI ini lalu menekankan beberapa hal penting terkait upaya menurunkan angka stunting di Kabupaten TTU, diantaranya, perlu melihat masalah stunting secara umum dan global. Cari jalan keluar sesuai persoalan yang ada.
“Masalah stunting bukan saja soal kesehatan tpi kompleks. Ibu-ibu harus diperhatikan. Semua stakeholder harus kerja serius. Berbagai hal baru harus ditemukan untuk mengatasi stunting, cara konvensional sudah dilakukan tapi perlu cara modern. Tidak boleh bekerja sendiri. Secara serius libatkan pihak luar, seperti, para pengusaha. Mari kita perbaiki generasi kita untuk masa depan daerah dan Negara,” tutupnya.
Penulis : Apson Benu
Editor : Kristo Ukat