LINTAS -BIINMAFFO,– Yayasan Tapen Bikomi mendapat kunjungan dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, I Gusti Ayu Bintang Puspayoga, Selasa (23/05/2023).
Dalam kunjungan tersebut Menteri PPPA RI berkesempatan meninjau lokasi galeri yayasan Tapen Bikomi yang menjual berbagai macam kain tenun dan kerajinan tangan dari para pekerjaeks migran kabupaten TTU.
Kepada media, Mawar S. Pohan, S.Pd.,M.Pd pemilik galeri yayasan Tapen Bikomi merasa senang dengan kunjungan kerja menteri PPPA RI ke galeri binaannya. Pasalnya, kunjungan menteri PPPA RI merupakan kunjungan pertama bagi yayasan ini. Dijelaskannya, pekerja pada galeri yayasan ini merupakan masyarakat eks migran penyintas TPPO.
Yayasan tapen bikomi memfasilitasi para pekerja eks migran untuk membuat kain tenun dan kerajinan tangan selanjutnya dipajangkan ke galeri untuk dijual.
“Galeri ini merupakan hasil-hasil dari hasil karya dari teman-teman eks migran“, jelasnya.
Dalam membuat hasil tenunan yayasan memfasilitasi dengan memberikan benang kepada para eks migran untuk membuat hasil tenunan mereka yang akan dibeli kembali oleh yayasan.
“Kami memberikan benang dan teman-teman eks migran mengerjakan di rumah lalu hasilnyadibawa ke sini dan kami langsung bayar“, tuturnya.
“Apapun kondisinya Kami tetap bayar karena ini merupakan upaya pemberdayaan bagi mereka“, sambungnya.
Ia menyampaikan bahwa kendala yang dihadapi oleh yayasan dalam mempekerjakan tenaga eks migrain dalam hal pendampingan lantaran para pekerja diberikan fasilitas untuk mengerjakan di rumah masing-masing.
“Kami juga kesulitan karena teman-teman pekerja sebagian ada yang masih mengalami trauma berat sehingga terkadang kami membutuhkan psikolog untuk kembali memulihkan psikis mereka”, imbuhnya.
Diungkapkannya, pihaknya membuat yayasan ini berlandaskan penanganan bagi korban kasus TPPO eks migran. Dimana, dalam mendampingi korban TPPO eks migran ini para anggotanya masih mengalami gangguan psikis setelah kembali dari lokasi rantauan.
“Banyak dari tenaga kerja dalam yayasan ini yang didampingi mengeluh karena setiap hasil karya mereka yang mereka buat tidak ada pasaran untuk dijual“, pintanya.
Oleh karena itu, pihaknya menyiapkan teman-teman pendamping bagi para pekerja yang mengalami kesulitan sehingga pendampingan terhadap para pekerja eks migran itu betul- betul maksimal.
“Kita ada beberapa teman pendamping yang berkunjung melihat aktivitas mereka dan apabila ada kekurangan benang selalu cepat menginformasikan untuk segera dibantu“, ujarnya.
Untuk diketahui, para pekerja eks migran kasus TPPO yang bekerja pada yayasan ini sebanyak 26 pekerja.
Penulis: Poldus Meomanu
Editor: Kristo Ukat