LINTAS-BIINMAFFO,- Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) Kabupaten TTU menggelar kegiatan Desiminasi Hasil Penelitian Eksplorasi Permasalahan Maternal Neonatal di Kabupaten Timor Tengah Utara, Selasa (12/12/2023).Hadir dalam kegiatan yang dibuka oleh Asisten 1 Setda TTU, Drs. Yoseph Kuabib, tersebut, yakni Kepala Bapelitbangda Kabupaten TTU, Salvatore G. A. M. Lake, S.E, Kepala Dinas Kominfotik Kab. TTU, Drs. Kristoforus Ukat, MM, Sekretaris Bapelitbangda TTU, Gregorius Bastian, S.Sos, perwakilan puskesmas se-Kabupaten TTU dan perwakilan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kefamenanu, Dinas Kesehatan dan Dinas teknis lainya.
Dalam arahannya saat acara pembukaan, Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda TTU yang mewakili Bupati TTU mengatakan bahwa salah satu upaya untuk menekan tingginya angka kematian bayi dan ibu perlu dilakukan melalui penelitian ilmiah guna mengetahui faktor-faktor penyebab dan cara penanganannya. Selain itu, perlu ditangani secara bersama lintas sektor karena masalah tersebut merupakan masalah bersama yang perlu kerja kolaborasi yang kolaboratif.
Sebagai pemateri, dalam kegiatan yang dilaksanakan mulai pukul 10.30 wita tersebut bertempat di Aula Bapelitbangda TTU itu, yakni Dr. dr. Nicholas Edwin Handyono, M.M.ed.Ed, didampingi Sekretaris Bapelitbangda TTU, Gregorius Bastian, S.Sos sebagai moderator. Poin pembahasan dalam kegiatan yang dilaksanakan hingga pukul 13.00 wita, yakni terkait angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat cenderung mengalami kenaikan selama tiga tahun terakhir. Dr. dr. Nicholas Edwin Handyono, dalam pemaparannya, menjelaskan, faktor yang berperan menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan Bayi di TTU, multi faktor, diantaranya, pendidikan dan pengetahuan kesehatan masyarakat yang masih kurang, budaya yang tidak mendukung kesehatan, kemiskinan, perlu berbaikan akses layanan; jalan, sinyal HP, Internet, kapasitas fasilitas pelayanan kesehatan perlu ditingkatkan, faktor pendukung seperti PMI perlu ada dan peran lintas sektor, tokoh masyarakat dan tokoh agama yang belum nampak. Dibutuhkan kerja sama lintas sektor untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi
Dr. dr. Nicholas Edwin Handyono menguraikan, sebagai rekomendasi dalam penelitian tersebut, perlu adanya peningkatan kerjasama lintas sektor melalui pertemuan rutin dan pendampingan oleh ahli-ahli di berbagai bidang terkait, mendapatkan dukungan pendanaan dan keahlian melalui pengembangan kerja sama kemitraan yang sinergis untuk mendukung pengembangan kesehatan di Kabupaten TTU, misalnya, kerjasama dengan momentum, Universitas, FOHG, LSM, NGO dan lainya. Selain itu, penguatan kapasitas untuk perubahan budaya melalui pendidikan terutama pendidikan kesehatan.
Terpisah, Kepala Bapelitbangda Kabupaten TTU, Salvatore G. A. M. Lake, S.E, saat diwawancarai awak media usai kegiatan, menjelaskan, kegiatan tersebut berawal dari perolehan data terkait angka kematian bayi dan ibu di Kabupaten TTU yang mengalami peningkatan sejak tahun 2020, 2021 hingga 2022. “Target kita angka kematian ibu dan bayi semakin berkurang,” imbuhnya.
Sebagai tindak lanjut upaya pencegahan, maka pemerintah daerah melalui Bapelitbangda TTU bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Nusa Cendana Kupang untuk melakukan penelitian ilmiah demi mengetahui faktor penyebab tingginya AKI serta mengkaji lebih dalam terkait faktor-faktor penyebab terjadinya kondisi tersebut, serta upaya apa-apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Sesuai data yang diperoleh dari Bapelitbangda TTU, Angka Kematian Ibu (AKI) di tahun 2020 sebanyak 7 kasus, tahun 2021 sebanyak 11 kasus dan di tahun 2022 sebanyak 19 kasus. Sementara itu, untuk Angka Kematian Bayi (AKB) di tahun 2020 sebanyak 46 kasus, tahun 2021 menurun menjadi 34 kasus dan tren kembali naik di tahun 2022 sebanyak 45 kasus.
Penulis : Apson Benu
Editor : Kristo Ukat