KEFAMENANU NEWS,– Bupati Timor Tengah Utara (TTU) Yosep Falentinus Delasalle Kebo, S.IP, MA, bersama Wakil Bupati Kamillus Elu, S.H menghadiri kegiatan Rapat Koordinasi (Rakor) Harmoni Budaya dan Gizi untuk Pencegahan Stunting di Kabupaten TTU, Selasa (14/10/2025).
Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah pejabat dan tokoh penting daerah, antara lain Staf Ahli Bupati, Kepala Bapelitbangda TTU Salvatore G. A. M. Lake, S.E, Kepala Dinas P2KB Kabupaten TTU, para camat, para kepala desa, serta dua narasumber utama yakni Dr. S.A. Aplonia Pala, S.Sos., M.M. dan Romo Patris Siktus Bere, Pr. Turut hadir pula para tokoh adat, tokoh masyarakat, serta tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Bupati TTU Yosep Falentinus Delasalle Kebo menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Dinas P2KB bersama seluruh pihak yang telah berperan aktif dalam menyukseskan kegiatan tersebut.

Lebih lanjut bupati periode 2025-2030 ini mengatakan, atas nama pemerintah dan masyarakat Kabupaten TTU, saya menyampaikan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada Dinas P2KB, para tokoh adat, serta seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam menyukseskan kegiatan hari ini. Kehadiran dan partisipasi Bapak/Ibu mencerminkan semangat kolaborasi yang kuat dalam membangun masyarakat yang sehat, berbudaya, dan harmonis. Semoga sinergi ini terus terjalin demi kemajuan daerah yang kita cintai bersama.
Lebih lanjut, Bupati menegaskan bahwa stunting bukan sekadar persoalan kesehatan, tetapi menyangkut masa depan generasi bangsa. Ia memaparkan, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Kabupaten TTU masih cukup tinggi, yakni 42,70%, bahkan menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) angkanya mencapai 47,30%.
“Angka ini menunjukkan bahwa hampir separuh anak-anak kita mengalami gangguan pertumbuhan yang dapat berdampak jangka panjang pada kecerdasan, produktivitas, dan kualitas hidup mereka. Karena itu, kita tidak bisa tinggal diam,” tegasnya.

Bupati menilai, upaya penanganan stunting tidak bisa hanya bergantung pada intervensi medis atau program formal pemerintah, tetapi perlu melibatkan kekuatan budaya lokal.
“Kita harus menggali potensi budaya, memperkuat peran tokoh adat, dan merancang strategi berbasis nilai-nilai kearifan lokal. Budaya kita memiliki peran penting dalam membentuk pola makan, pola asuh, dan kebiasaan hidup masyarakat. Karena itu, keterlibatan tokoh adat dalam pencegahan stunting menjadi sangat penting agar upaya ini lebih diterima dan dijalankan secara menyeluruh oleh masyarakat,” jelasnya.
Bupati yang dikenal dengan julukan Putra Bumi Salu Miomaffo–Kuluan Maubes ini menambahkan, rakor tersebut merupakan momentum penting untuk membangun “harmoni antara budaya dan gizi”. Melalui pendekatan budaya, diharapkan dapat tercipta gerakan kolektif masyarakat yang menjadikan nilai-nilai lokal sebagai penggerak utama perubahan perilaku.
Dalam arahannya, Bupati Falent juga menekankan beberapa poin penting yang menjadi fokus bersama, antara lain:
- Mengidentifikasi praktik-praktik budaya yang mendukung atau justru menghambat perbaikan gizi anak.
- Menyusun strategi komunikasi dengan pendekatan bahasa dan nilai-nilai lokal.
- Meningkatkan peran tokoh adat dalam menyampaikan pesan gizi dan kesehatan kepada masyarakat.
- Membangun komitmen bersama untuk menjadikan pencegahan stunting sebagai tanggung jawab sosial dan budaya.
“Saya berharap, melalui rapat ini, lahir rekomendasi konkret yang bisa kita tindaklanjuti bersama. Pemerintah Kabupaten TTU berkomitmen penuh mendukung setiap langkah dan inisiatif yang lahir dari akar budaya masyarakat kita sendiri,” pungkasnya.

Kegiatan rakor tersebut diakhiri dengan sesi diskusi dan penyusunan rekomendasi bersama antara pemerintah, tokoh adat, dan para pemangku kepentingan, sebagai wujud komitmen bersama dalam menurunkan angka stunting di Kabupaten TTU melalui pendekatan budaya dan kearifan lokal.
Penulis : Apson Benu
Editor : Kristo Ukat
